Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sahabat sahabatku yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah SWT.
Salah
satu sifat yang melekat pada diri manusia adalah rasa kuatir. Entah
kuatir tentang kecukupan rezeki, datangnya kematian, keterjaminan masa
depan, dll. Oleh karena itu agar masa depannya tertata biasanya kita
membuat rencana untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Bagi
sebuah perusahaan umumnya berpedoman pada RKAP (Rencana Kerja Anggaran
dan Pendapatan) baik itu untuk jangka waktu 1 tahun (pendek), 5 tahun
(menengah) bahkan 10 tahun (panjang). Bagi seorang pelajar bercita-cita
ingin menjadi yang diinginkan, maka dia kan belajar keras, harus masuk
di sekolah favorit mana, masuk universitas mana dan jurusan apa, dll.
Manusia wajib berikhtiar dan ini sangatlah manusiawi.
Kita sering mendengar disetiap ceramah keagamaan bahwa manusia wajib untuk berikhtiar dan berusaha kemudian ditambah dengan kutipan ayat dalam Al-Qur’an bahwa “Allah tidak merubah suatu kaum kalau kaum itu tidak merubah nasibnya sendiri” (terjemahan bebas tanpa mengurangi esensinya). Namun banyak dari kita sering menerima penjelasan tersebut tanpa mencoba membuka kembali ayat tersebut, karena ayat tersebut masih ada kaitannya dengan ayat berikutnya. Coba perhatikan ayat tersebut secara lengkap.
“Sesungguhnya
Allah tidak merubah sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS Ar-Rad 13 :
11).
Maksud
dari ayat diatas adalah manusia boleh berencana namun bila gagal
janganlah kita kecewa, stress, menganggap bahwa Allah tidak sayang dan
adil, dll. Dalam suatu hadits Qudsi Allah SWT berfirman: “Manusia boleh
berencana, namun rencana-Ku adalah yang terbaik”.
Manusia
sering beranggapan bahwa apa yang diinginkan pastilah yang terbaik buat
dirinya. Namun dari sisi Allah bisa berbeda, bahwa yang menurut
anggapan manusia itu baik belum tentu di sisi Allah baik. Begitu pula
sebalik, menurut pandangan manusia sesuatu itu buruk, namun dari sisi
Allah justru baik.
“Dan tawakallah kepada Allah! Cukuplah Allah menjadi wakilmu (tempat menyerahkan segala urusanmu) ..” (QS Al-Ahzab 33 : 3).
Rasa
kuatir biasanya menyelimuti manusia yang tingkat keimanannya belum
sempurna. Dalam perilaku Rosululloh SAW kesehariannya, rasa kuatir
sangat jauh darinya, begitu pula dengan para sahabat. Mereka
men-sodaqoh-kan kekayaannya untuk perjuangan umat islam dan kemashlatan
fakir miskin. Harta bagi mereka hanyalah titipan Allah, dan kewajiban
mereka selaku khalifatullah mendistribusikan kepada yang memerlukannya.
Bahkan
pernah suatu hari Rosululloh SAW setelah selesai meng-imami sholat
pulang tergesa-gesa. Hal ini membuat bingung dan penasaran para sahabat,
maka kemudian mereka bertanya, “Ya, Rosululloh, kenapa Anda pulang
tergesa-gesa setelah sholat?”. Dengan lembut Beliau menjawab, “Saya
teringat masih ada sedikit uang yang tersisa untuk hari ini, maka Aku
ingat men-sedekah- kannya”. Subhanallah! Begitu lembutnya hati
Rosululloh SAW kepada fakir miskin. Kita yang mengaku sebagai umat
Rosululloh SAW, paling tidak harus meniru kehidupan Beliau, meskipun
belum sempurna.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh SAW itu suri teladan yang baik bagimu..” (QS. Al-Ahzab 33 : 21).
Rosululloh
Muhammad SAW dan para sahabat tidak pernah memikirkan apa yang terjadi
besok pagi, karena Beliau dan para sahabat yakin bahwa Allah SWT akan
menjamin hidup mereka. Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah SWT memperingatkan
kepada umat Islam tentang hari esok.
“.. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok .. ” (QS. Luqman 31 :34).
“Dan
jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu : sesungguhnya aku
akan mengerjakan itu besok pagi ..” (QS. Al-kahfi 18 : 23).
Ya
… kita sebagai manusia tidak tahu dengan apa yang akan terjadi besok,
bahkan untuk hari ini pun, satu jam ke depan-pun, kita tidak akan tahu
yang akan terjadi pada kita. Manusia boleh berencana, namun bila apa
yang diinginkan tidak tercapai itu semata-mata rencana Allah dan kita
ridho aja menerimanya, sehingga hidup menjadi ringan. Mengalir seperti
air. Kita ikut kehendak Allah saja, tunduk dan patuh. Sehingga nggak
perlu stress, kecewa, ngamuk-ngamuk, mengumbar emosi, dll.
Sedikit pesan dari SC-HSS:
“Janganlah
melihat ke belakang hidup kita maka rasa ketakutan akan menyelimuti
karena kesalahan dan dosa-dosa kita. Janganlah berpikir tentang besok
maka kebingungan akan membelenggu kita. Berpikirlah sekarang ini yang
sedang kita jalani dengan tetap menjaga kesadaran (ihsan) kepada Allah
SWT”
Demikian sedikit sumbangsih yang dapat saya sampaikan kepada para pembaca dan sahabat. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar