Hampir
setiap orang yang hidup di dunia ini pasti jika ditanya apa mereka
ingin hidup kaya, pasti akan menjawab “ya”. Umumnya kita ingin hidup di
dunia ini berkecukupan materi, atau bila memungkinkan inginnya kaya
raya. Memiliki rumah bagus, kendaraan mewah, perhiasan, deposito yang
banyak, dan lain-lain.
Sekarang masalahnya, apakah dengan hidup
kaya saja kita akan merasa puas dengan apa yang kita miliki? Mungkin
kita telah memiliki segala benda duniawi yang menjadi simbol kekayaan,
namun sebenarnya itukah yang kita cari?
Banyak kita lihat di sekitar kita,
orang-orang yang telah mencapai puncak karier dan hidupnya berlimpah
harta, namun bila kita perhatikan hidup mereka bukanlah hidup yang
ideal. Misalnya saja seorang menteri, gubernur, anggota DPR atau pejabat
tinggi negara lainnya yang sering kita lihat di berita televisi. Karier
mereka sudah sampai puncak dan hidup mereka berlimpah harta, namun
tiba-tiba kita dikejutkan dengan berita penangkapan mereka oleh KPK atau
pihak yang berwajib. Ternyata mereka telah melakukan tindak pidana
korupsi atau tindakan tidak terpuji lainnya yang merugikan negara dengan
jumlah besar.
Atau mungkin seorang pengusaha yang pasti
hidupnya berlimpah harta namun selalu merasa tidak tenang karena
dikejar-kejar polisi. Kekayaan yang ia dapatkan ternyata dari bisnis
yang haram, seperti illegal logging, narkoba, judi atau yang lainnya.
Ada juga pegawai/karyawan biasa saja
namun terlihat kaya raya, padahal dia tidak memiliki bisnis atau
pekerjaan sampingan. Setelah beberapa waktu kemudian ternyata ketahuan
dia telah menggelapkan uang negara atau perusahaan tempat dia bekerja.
Orang-orang seperti contoh di atas
mungkin secara materi mereka memiliki kekayaan berupa harta benda
duniawi, namun mereka bisa dipastikan tidak akan merasakan kebahagiaan
dan kedamaian dari apa yang telah mereka miliki. Mereka sebenarnya tahu
bahwa apa yang mereka miliki bukanlah sesuatu yang pantas mereka
nikmati, namun hawa nafsu telah menutupi hati mereka sehingga buta
dengan halal dan haram. Prinsip kebenaran di hatinya telah dikalahkan
oleh nafsu serakah yang menguasai dirinya sehingga ia mau dengan sadar
berbuat bodoh dengan mengambil sesuatu yang bukan miliknya, bahkan
sampai merugikan orang banyak.
Banyak juga orang yang ingin kaya kemudian mengambil jalan pintas dengan cara pergi ke dukun, memelihara pesugihan,
atau melakukan hal-hal di luar akal sehat lainnya. Mereka mempercayai
bahwa memiliki kekayaan adalah yang sangat penting dalam hidup mereka,
namun tidak memperhatikan jalan yang harus mereka tempuh. Ini juga
merupakan kerusakan mental yang banyak terjadi.
Orang-orang
yang memiliki obsesi hidup kaya raya, namun membodohi diri dengan
mengabaikan aturan atau hukum Tuhan yang telah ditetapkan, kemudian
meninggalkan ketentuan halal-haram, yang penting mereka bisa mewujudkan
apa yang diinginkan nafsu mereka, sebenarnya mereka hanya sedang membuat
rumah derita mereka sendiri.
Setelah mereka memiliki apa yang
diinginkan nafsunya tanpa mengikuti petunjuk Tuhan, apa mereka merasakah
kebahagiaan? Bisa dipastikan “tidak”. Hati nuraninya pasti tahu bahwa
tindakan mereka tidak benar. Segala sesuatu yang bertentangan dengan
hukum alam pasti tidak seimbang, demikian juga apa yang terjadi dalam
diri orang-oranga pengejar kekayaan dengan cara haram tersebut. Mereka
mungkin kaya secara materi, namun jiwanya justru hampa dan kering. Apa
yang telah mereka lakukan ternyata telah menjauhkan hati mereka dari
Tuhan. Mungkin secara lahir mereka hidup enak dan menyenangkan, tapi
secara batin mereka selalu diliputi kecemasan dan ketidaknyamanan.
Si koruptor pasti cemas kalau
perbuatannya diketahui masyarakat dan pihak berwajib. Demikian juga yang
lainnnya, mereka tahu bahwa kekayaannya dihasilkan dari sesuatu yang
melanggar hukum, sehingga semua itu tidak bisa mendatangkan kebahagiaan
atau kedamaian.
Berbeda dengan orang yang menjalani hidup
ini dengan hasil kerja kerasnya sendiri di jalan yang diridhoi Tuhan.
Walaupun mungkin mereka tidak berlimpah harta, namun dengan jaminan
halal pada rezeki yang mereka makan maka ada keberkahan yang mereka
rasakan di situ. Kenikmatan menikmati hasil jerih payah mereka sendiri
menghadirkan rasa damai dalam jiwanya. Sederhana namun bahagia. Sedikit
namun berkah. Hal itu lebih mereka rasakan sebagai kebahagiaan hidup.
Harta berlimpah belum mereka dapatkan, namun kebahagiaan batin bisa
mereka rasakan.
0 komentar:
Posting Komentar