Semua hal di dunia ini memiliki falsafah. Falsafah ialah makna terdalam
yang meliputi sesuatu hal. Misalnya falsafah olahraga yang tersirat di
dalam semboyan "Men sano in corpore sano" (Di dalam badan yang sehat
terdapat jiwa yang sehat pula). Diharapkan penggemar olahraga tidak
hanya sehat badannya, tapi juga sehat jiwanya. Sehat jiwa di sini
maksudnya sportif, jujur, tidak curang, dan mau mengakui keunggulan
lawan.
Demikian pula seni bela diri. Bela diri memiliki falsafah. Misalnya Kempo dengan falsafahnya,"Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman".
Menurut pendapat saya, ada 3 klasifikasi falsafah bela diri. Di bawah ini adalah uraiannya.
1. Falsafah Bertahan
Mengingat sejarah bela diri yang kental dengan suasana dan ajaran agama Budha, sebagian besar bela diri memiliki falsafah bertahan. Tidak menyerang lebih dahulu, dan hanya menggunakan jurus untuk membela diri. Tidak menggunakan bela diri untuk pamer atau unjuk kehebatan. Contoh bela diri aliran ini antara lain Aikido, Pencak Silat, dan Shaolin Kung Fu.
2. Falsafah Menyerang
Dalam perkembangannya, ahli bela diri mengembangkan tidak hanya teknik bertahan, tapi juga teknik menyerang. Menyerang memiliki keuntungan di mana kita bisa melumpuhkan lawan tanpa mesti menunggu serangannya. Di dalam beberapa kasus seperti melawan musuh berbadan besar atau perkelahian keroyokan, menyerang memberikan keunggulan mendahului melumpuhkan lawan sebelum keadaan berkembang menguntungkan lawan. Contoh bela diri yang menganut falsafah menyerang adalah Karate dan Tae Kwon Do.
3. Falsafah Melenyapkan
Bela diri di zaman dahulu juga digunakan untuk keperluan militer. Anda jangan terkejut mendengar ada bela diri yang memiliki falsafah melenyapkan atau menghabisi lawan. Sebab di dalam perang berlaku hukum "membunuh atau dibunuh". Contoh bela diri yang menganut falsafah melenyapkan antara lain ialah Ninjutsu.
Demikianlah falsafah bela diri menurut pendapat saya. Mungkin pembaca memiliki klasifikasi yang lain. Atau Anda punya falsafah bela diri yang baru? Falsafah bela diri yang membawa kedamaian dunia? Bila ada, jangan ragu-ragu mengajarkannya. Falsafah yang baik selalu menghasilkan penerapan dan hasil yang baik pula.
Demikian pula seni bela diri. Bela diri memiliki falsafah. Misalnya Kempo dengan falsafahnya,"Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman".
Menurut pendapat saya, ada 3 klasifikasi falsafah bela diri. Di bawah ini adalah uraiannya.
1. Falsafah Bertahan
Mengingat sejarah bela diri yang kental dengan suasana dan ajaran agama Budha, sebagian besar bela diri memiliki falsafah bertahan. Tidak menyerang lebih dahulu, dan hanya menggunakan jurus untuk membela diri. Tidak menggunakan bela diri untuk pamer atau unjuk kehebatan. Contoh bela diri aliran ini antara lain Aikido, Pencak Silat, dan Shaolin Kung Fu.
2. Falsafah Menyerang
Dalam perkembangannya, ahli bela diri mengembangkan tidak hanya teknik bertahan, tapi juga teknik menyerang. Menyerang memiliki keuntungan di mana kita bisa melumpuhkan lawan tanpa mesti menunggu serangannya. Di dalam beberapa kasus seperti melawan musuh berbadan besar atau perkelahian keroyokan, menyerang memberikan keunggulan mendahului melumpuhkan lawan sebelum keadaan berkembang menguntungkan lawan. Contoh bela diri yang menganut falsafah menyerang adalah Karate dan Tae Kwon Do.
3. Falsafah Melenyapkan
Bela diri di zaman dahulu juga digunakan untuk keperluan militer. Anda jangan terkejut mendengar ada bela diri yang memiliki falsafah melenyapkan atau menghabisi lawan. Sebab di dalam perang berlaku hukum "membunuh atau dibunuh". Contoh bela diri yang menganut falsafah melenyapkan antara lain ialah Ninjutsu.
Demikianlah falsafah bela diri menurut pendapat saya. Mungkin pembaca memiliki klasifikasi yang lain. Atau Anda punya falsafah bela diri yang baru? Falsafah bela diri yang membawa kedamaian dunia? Bila ada, jangan ragu-ragu mengajarkannya. Falsafah yang baik selalu menghasilkan penerapan dan hasil yang baik pula.
0 komentar:
Posting Komentar